Berlin (3/11 โ 40)
Presiden Sri Lanka Ranil Wickremesinghe akan mengunjungi Tiongkok pada minggu yang akan dating seiring dengan krisis negaranya yang mengalami peningkatan utang serta melakukan pembicaraan restrukturisasi dengan pemberi pinjaman terbesarnya.
Wickremesinghe mulai menjabat pada Juli tahun lalu, setelah pemberontakan rakyat yang disebabkan oleh krisis ekonomi, memaksa pendahulunya turun dari kekuasaan. Kunjungannya pada 15-19 Oktober ke Beijing akan menjadi kunjungan pertamanya ke Tiongkok sejak saat itu.
Presiden Sri Lanka Ranil Wickremesinghe, yang juga menjabat Menteri Keuangan, telah memimpin upaya Sri Lanka untuk mengelola utangnya yang besar dan menjaga aliran dana dari program Dana Moneter Internasional (IMF) senilai $2,9 miliar. Dia akan mengunjungi Tiongkok untuk melanjutkan pembicaraan utang.
Wickremesinghe, yang juga menjabat Menteri Keuangan, telah memimpin upaya Sri Lanka untuk mengelola krisis hutang yang besar ini dan simpanan dana yang mengalir dari program Dana Moneter Internasional (IMF) senilai $2,9 miliar.
Dia akan menghadiri Forum Belt and Road di Beijing yang akan menandai peringatan 10 tahun inisiatif yang diperjuangkan oleh Presiden Tiongkok Xi Jinping untuk mengembangkan infrastruktur global dan jaringan energi.
Wickremesinghe diperkirakan akan bertemu Xi di sela-sela forum, kata sumber yang menolak disebutkan namanya karena dia tidak berwenang berbicara dengan media. Pemimpin Sri Lanka juga bermaksud bertemu dengan menteri keuangan dan luar negeri Tiongkok.
Sri Lanka berutang kepada pemberi pinjaman Tiongkok โ bilateral dan komersial โ sekitar $7 miliar. Peristiwa ini menghasilkan sebuah perjanjian dengan Bank Ekspor-Impor Tiongkok pada hari Kamis yang menanggung utang sebesar $4,2 miliar, namun masih bekerja sama dengan kreditor bilateral utama lainnya termasuk Jepang dan India untuk mencapai rencana restrukturisasi utang.
Sri Lanka gagal membayar utang luar negerinya pada Mei tahun lalu setelah cadangan dolarnya turun ke titik di mana negara kepulauan berpenduduk 22 juta jiwa itu tidak mampu lagi membayar impor penting seperti bahan bakar dan obat-obatan.
Sri Lanka perlu mencapai kesepakatan dengan para kreditor untuk mendorong peninjauan pertama program IMF, yang akan mengeluarkan tahap kedua sekitar $334 juta. Tahap pertama dirilis pada bulan Maret.
Negara ini telah menjadi penerima utama pinjaman di bawah program infrastruktur Belt and Road Tiongkok, yang membantunya membangun jalan raya, pelabuhan, bandara, dan pembangkit listrik tenaga batu bara.