Dengan upaya melawan perubahan iklim selama ini, Indonesia memegang peran vital mendorong transisi dunia menuju jalur yang berkelanjutan di COP28.
Kunjungan saya ke desa-desa kaya buah-buahan organik di lereng Gunung Merapi hampir satu dekade silam merupakan kali pertama saya merasakan langsung potensi besar dari Indonesia. Di sana terlihat bahwa sektor pertanian akan mendorong transformasi masa depan masyarakat dengan sangat cepat. Saat itu, saya sedang belajar Bahasa Indonesia di Yogyakarta, sebuah kota bersejarah yang penuh dengan energi dan kehidupan.
Beberapa tahun selanjutnya, setelah berkunjung ke berbagai kota dari Aceh hingga Papua, bertemu dengan politisi, pebisnis, pelajar, serta para aktivis, saya pun mempelajari lebih banyak tentang potensi tersebut. Saya melihat keindahan serta potensi keanekaragaman hayati Indonesia, tetapi juga kerentanannya terhadap perubahan iklim.
Luas kawasan dan potensi yang dimiliki menjadikan Indonesia sebagai pemain penting dalam negosiasi iklim COP28 yang akan segera dimulai di Dubai. Sebagai negara dengan perekonomian terbesar ke-16 sekaligus penghasil emisi terbesar keenam di dunia, transisi Indonesia menuju ekonomi rendah karbon sangat krusial untuk mengatasi krisis iklim. Tantangan terbesar bagi Indonesia saat ini adalah beralih dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan serta memanfaatkan peluang untuk menciptakan lapangan kerja dan peluang usaha baru agar masyarakat dapat merasakan manfaat dari transisi tersebut.
Banyak yang dipertaruhkan. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim, seperti kenaikan permukaan laut dan peristiwa cuaca ekstrem. Para petani menghadapi perubahan suhu dan curah hujan yang tidak terprediksi. Para nelayan kesulitan dengan hasil tangkapan mereka. Dengan krisis iklim yang semakin parah, Indonesia berisiko kehilangan kekayaan hutannya serta keanekaragaman hayati di dalamnya. Polusi akibat industri dan kebakaran juga masih mengancam harapan hidup serta menimbulkan masalah kesehatan bagi masyarakat, baik di perkotaan maupun perdesaan.
Para pemimpin di Indonesia telah memahami hal ini. Melalui inisiatif menuju ekonomi rendah karbon, Indonesia berupaya menggalang dana internasional untuk membantu transisi energinya. Peralihan dari batubara, yang sayangnya masih digunakan pada lebih dari 50 persen pembangkit listrik, sangat penting, tetapi juga sangat kompleks.
Mendapatkan dana sebesar 20 miliar dollar AS dalam kerangka Just Energy Transition Partnership (JETP) bukan hal yang mudah untuk dicapai. Hal ini juga semakin rumit dengan adanya masalah lain seperti usia pembangkit listrik tenaga batubara yang relatif muda serta perlunya memastikan kebutuhan hidup masyarakat tetap terpenuhi. Bagaimana negara-negara maju serta lembaga keuangan akan bekerja sama dengan negara berkembang dalam menyelesaikan masalah genting ini adalah pertanyaan besar yang harus segara terjawab.
Transisi energi yang berkeadilan akan memastikan Indonesia mendapatkan manfaat dari transformasi global menuju ekonomi rendah karbon, sekaligus akan membuka jalan bagi negara-negara lain yang ingin melakukan hal serupa. Keberlanjutan dari kesejahteraan Indonesia dapat dibangun dari sumber-sumber seperti solar, angin, dan panas bumi yang terbarukan alih-alih batubara. Ini akan menjanjikan energi yang tidak hanya lebih murah, tetapi juga lebih bersih serta menjangkau lebih banyak lapisan masyarakat, mulai dari industri, institusi pendidikan, perumahan, hingga rumah sakit.
Melindungi keanekaragaman hayati Indonesia juga sangat penting. Kekayaan alam yang luas membentang dari hutan, garis pantai nan indah, hingga terumbu karang yang dihuni beragam ikan, memberikan manfaat ekonomi yang besar, termasuk dari sektor pariwisata. Komitmen Indonesia untuk menjadikan hutannya sebagai penyerap karbon bersih di 2030 merupakan langkah inovatif dalam memastikan pemanfaatan potensi alam untuk melawan perubahan iklim.
Setahun yang lalu, saya berkesempatan untuk mengunjungi Sumatera Barat dan melihat bagaimana masyarakat lokal dapat membantu menjaga hutan di sekitarnya sekaligus meningkatkan penghidupan mereka, dengan memastikan bahwa usaha yang mereka lakukan—dalam bentuk perkebunan, ekowisata, dan lain sebagainya—dilakukan dengan cara yang berkelanjutan.
Setiap saya kembali ke Indonesia, saya selalu terkesan dengan dinamika yang ada. Indonesia adalah negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi pesat setiap tahun. Generasi penerus kini merasakan manfaat dari peluang yang tanpa disangka-sangka didapatkan oleh orangtua dan kakek-nenek mereka. Perubahan iklim mengancam hal ini. Namun, di sisi lain, upaya melawan perubahan iklim juga menawarkan peluang untuk menciptakan masa depan yang lebih baik dan sejahtera bagi generasi yang akan datang.
Pada COP28 mendatang dan ajang-ajang negosiasi iklim lainnya, Indonesia memegang peran vital dalam mendorong transisi dunia menuju jalur yang berkelanjutan. Negara-negara lain juga menghadapi tantangan serupa: mengurangi emisi sekaligus menjaga penghidupan; melindungi keanekaragaman hayati sambil mendorong pertumbuhan ekonomi. Indonesia dapat menciptakan masa depan yang lebih baik bagi masyarakatnya, sekaligus menjadi inspirasi bagi negara mitra di seluruh dunia.
Krisis iklim adalah salah satu tantangan besar di zaman ini. Kita harus bekerja sama untuk menghadapinya. Saya berharap, dan yakin, Indonesia akan menjadi pendorong perubahan utama di Dubai serta dalam beberapa tahun ke depan.
Sumber : Kompas.id