Jakarta – Indonesia menjadi negara yang memiliki tingkat kematian tergolong tinggi akibat kecelakaan berkendara di jalanan di antara negara Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, dari tahun 2019-2021 Indonesia mengalami peningkatan kecelakaan lalu lintas hingga capai angka 103.645 kasus.
Prof Ir Siti Markhamah MSc PhD IPU ASEAN Eng, selaku Erasmus+ Project Team Leader Universitas Gadjah Mada (UGM), menjelaskan alasan utamanya adalah karena populasi yang padat.
Selain itu, sepeda motor adalah penyumbang kasus kecelakaan terbanyak. Tercatat, jumlah kendaraan bermotor di Indonesia yang teregistrasi per 26 Maret 2023 telah mencapai 154,2 juta unit, menurut data Korlantas Polri.
“Indonesia dengan populasinya yang banyak, menambah angka kecelakaan lalu lintas tiap tahunnya. Sepeda motor adalah kendaraan yang paling banyak mengalami kecelakaan lalu lintas dari tahun ke tahun berdasarkan data Korlantas Polri,” ungkap Siti dikutip dari rilis di laman UMY, Rabu (30/8/2023).
Selain populasi, Dr Ir Noor Mahmudah ST M Eng selaku Ketua dari Road Traffic Safety Summer School 2023 menjelaskan kecelakaan bisa terjadi karena beberapa faktor. Meski yang pertama adalah kesalahan manusia.
“Adapun kecelakaan terjadi dikarenakan beberapa faktor, yakni kesalahan manusia, faktor struktur dan kelengkapan informasi dan penerangan jalan, faktor kendaraan itu sendiri dan lainnya,” ujar Noor.
Cara Turunkan Angka Kematian karena Kecelakaan
1. Manajemen Keselamatan Berlalu Lintas
Untuk menanggulanginya, Siti merekomendasikan perlu diperbaikinya manajemen keselamatan berlalu lintas. Tak hanya itu, aturan juga harus dikembangkan secara masif.
Melalui manajemen keselamatan berlalu lintas, masyarakat akan dikenalkan pada sifat dan karakter pengendara. Lebih jauh langkah ini sebagai upaya menindaklanjuti Rencana Umum Nasional Keselamatan Jalan 2011-2035.
“Mengedukasi generasi muda untuk menerapkan konsep keselamatan dalam berlalu lintas dan menindaklanjuti Rencana Umum Nasional Keselamatan Jalan 2011-2035 perlu dilakukan oleh semua pihak,” imbuh Siti.
2. Dukungan dari Pemda
Langkah kedua menurut Noor yang juga Ketua Tim Erasmus+CBHE Asiasafe Project UMY adalah mendapat dukungan dari pemerintah daerah dan menerapkan batas kecepatan maksimal untuk berkendara. Langkah ini diketahui sudah ditetapkan di Yogyakarta.
3. Vision Zero
Terakhir, langkah yang bisa dilakukan adalah menerapkan program Vision Zero terhadap kecelakaan lalu lintas. Hal ini disampaikan oleh perwakilan The Asiasafe Project and European, Prof Sara Ferreira.
“Kita harus menggencarkan program Vision Zero terhadap kecelakaan lalu lintas ini guna menekan angka kematian yang diakibatkan oleh kecelakaan berlalu lintas. Dengan memegang teguh tujuan akhir pada 2050 dengan nol kecelakaan,” ujar Sara.
Vision Zero merupakan strategi untuk menurunkan tingkat nol kecelakaan sekaligus meningkatkan perjalanan yang aman, sehat, dan adil bagi semua orang. Strategi ini pertama kali dilakukan di Swedia pada tahun 1990 dan terbukti berhasil diterapkan di seluruh Eropa.
Ada dua hal yang ditekankan dalam strategi ini, pertama terkait sistem jalan raya dan kebijakan yang harus dirancang dengan baik. Kedua yakni pendekatan multidisiplin yang menyatukan pemangku kepentingan untuk mengatasi masalah kecelakaan lalu lintas.
Sebagai informasi, berbagai pemasaran tersebut disampaikan dalam acara “Road Traffic Safety Summer School 2023.” Acara ini merupakan hasil kolaborasi Erasmus+ Programme of The European Union, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) bersama beberapa perguruan tinggi di Indonesia dan Portugal.
Acara ini berlangsung dari tanggal 28 Agustus hingga 8 September 2023 yang diikuti oleh 19 peserta yang berasal dari Universidade do Porto Portugal, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Institut Teknologi Bandung (ITB). Seluruh peserta akan melalui program diskusi dan kelas selama dua minggu ke depan.
Sumber : Detik.com