Selama tiga tahun terakhir, Indonesia melakukan konsolidasi untuk menata pondasi transisi energi di “Bumi Pertiwi”.
Hal tersebut disampaikan Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa dalam peluncuran laporan Indonesia Energy Transition Outlook (IETO) 2024 yang diikuti secara daring pada Jumat (15/12/2023).
Konsolidasi yang dimaksud meliputi kebijakan, program, dan menggalang dukungan politik untuk fondasi transisi energi di Indonesia.
Oleh karenanya, selama tiga tahun terakhir dapat terlihat kapasitas energi terbarukan belum bisa meningkat secara signifikan.
“Tetapi sejauh ini komitmen dan rencana transisi energi sudah ada, dibicarakan, dan menjadi agenda nasional,” kata Fabby.
Setelah konsolidasi rampung, diharapkan proses selanjutnya dapat memasuki fase implementasi dan berlanjut akselerasi transisi energi di Indonesia. Di satu sisi, konsolidasi harus segera rampung untuk dapat mengakselerasi transisi energi.
Pasalnya, sejauh ini berbagai kebijakan masih terfragmentasi dan mbelum mencapai kesepakatan bersama mengenai visi dan peta jalan dekarbonisasi yang efektif.
“Fase ini kemungkian berlanjut tahun depan sebelum masuk eksekusi jika tidak ada perubahan komitmen politik yang drastis,” ucap Fabby.
Di sisi lain, diperlukan inovasi akselerasi pengembangan energi bersih dan penguatan kapasitas institusi.
“Serta perlunya no regret policy yang harus dilakukan secara paralel dalam jangka waktu yang cepat,” papar Fabby.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana berharap tahun depan transisi energi sudah mulai lepas landas.
Tahun 2024 diharapkan menjadi implementasi pengembangan berbagai energi terbarukan sebagai bagian dari transisi energi.
Dia menambahkan, peluncuran IETO 2024 dari IESR tersebut juga tepat waktu baik dari segi tahun maupun dari sisi politik.
Pasalnya, Indonesia akan menjalani pemilihan umum yang digelar tahun depan.
Sumber : Lestari