Jakarta, CNN Indonesia — Ketua DPP PDIP Puan Maharani bertemu dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Jakarta, Minggu (18/6) lalu. Mereka membawa pesan dari Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) jelang Pemilu 2024.
Megawati selaku Ketua Umum PDIP menitipkan pesan agar tidak ada ketegangan dalam pertemuan tersebut. Sementara Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat SBY, berharap pertemuan itu dapat membawa keberkahan.
Dalam obrolan empat mata itu disepakati bahwa PDIP dan Demokrat menjalin hubungan yang berkelanjutan. AHY juga menginginkan agar hubungan Demokrat dan PDIP lebih harmonis. Dalam kesempatan itu AHY minta Puan jadi kakak.
Padahal seperti yang diketahui publik dua partai itu selalu bertolak belakang sejak Pilpres 2004 silam. Namun, kini nama AHY bahkan masuk dalam bursa calon wakil presiden (cawapres) untuk mendampingi Ganjar Pranowo yang merupakan calon presiden PDIP di Pilpres 2024.
Demokrat dan PDIP berada di dua poros berbeda jelang Pilpres 2024. Demokrat mengusung Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden bersama Partai NasDem dan PKS. Sementara PDIP akan mencalonkan Ganjar Pranowo bersama PPP, Hanura, dan Perindo.
Pengamat politik Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga mengatakan ide pertemuan antara Puan dengan AHY digagas oleh Megawati. Izin Megawati itu merupakan indikasi kuat bahwa dia sudah lunak dengan persoalan-persoalan yang dulu dianggap sangat menyinggung.
Ia menilai Megawati ingin meruntuhkan sekat-sekat yang selama ini ada di antara PDIP dan Demokrat melalui Puan dan AHY. Dengan demikian, Megawati tidak kehilangan ‘muka’.
“Cair tapi dia tidak bisa kehilangan muka karena dia yang langsung punya inisiatif misalnya untuk ketemu Pak SBY. Itu kan biasa dalam kultur Jawa. Jadi bisa saja untuk mencairkan hubungan menggunakan media. Media itu anaknya atau orang lain. Namun tujuannya itu bisa tercapai,” kata Jamiluddin kepada CNNIndonesia.com, Senin (19/6).
Meski demikian, ia menyebut peluang Megawati bertemu dengan SBY untuk berbicara empat mata sangat kecil. Megawati justru menggunakan Puan sebagai senjata untuk meraih tujuannya tersebut.
“Kalau kita melihat tipikalnya Ibu Mega yang keras, saya melihat dalam waktu dekat ini peluangnya masih kecil,” ucapnya.
Ia juga tak melihat adanya peluang untuk Demokrat berkoalisi dengan PDIP pada putaran pertama. Pasalnya, kedua partai telah memiliki sikap masing-masing.
Pertemuan itu, kata dia, dilakukan hanya untuk mencairkan hubungan agar Pemilu 2024 mendatang bisa berlangsung lebih sejuk dan nyaman, serta melihat langkah politik yang akan dilakukan kedua partai jika Pilpres 2024 digelar dalam dua putaran.
Jamiluddin mengatakan masuknya nama AHY dalam bursa cawapres Ganjar bukan hal yang serius. Menurutnya, upaya itu merupakan salah satu cara PDIP menunjukkan bahwa sosok cawapres yang berpeluang menjadi pendamping Ganjar tak melulu dari partai pendukungnya.
“Itu tidaklah terlalu sungguh-sungguh bahwa PDIP itu ingin menggandeng AHY menjadi cawapres,” kata Jamiluddin.
Ia berpendapat PDIP dan Demokrat bisa saja berkoalisi jika Pilpres digelar dalam dua putaran. Demokrat, kata dia, memiliki daya tarik, sehingga membuat PDIP atau partai lain melirik.
Jamiluddin berujar PDIP tak bisa hanya mengandalkan partai pendukung. Ia menyebut Hanura dan Perindo tak memiliki sosok yang layak untuk mendampingi Ganjar di Pilpres mendatang.
“Suka tidak suka kita melihat pada Hanura dan Perindo itu tidak ada yang menonjol kadernya dilihat dari elektabilitas. Kecil kemungkinan kedua partai itu akan ditawarkan oleh PDIP menjadi cawapresnya,” ujarnya.
Jamiluddin mengungkapkan dua hal yang membuat Demokrat lebih dilirik yakni pertama, berdasarkan hasil survei lembaga survei independen dan kredibel, elektabilitas Demokrat menunjukkan tren kenaikan. Bahkan berada di posisi tiga menggeser Partai Golkar.
Dengan demikian, Demokrat memiliki prospek yang lebih baik untuk mendulang suara di Pileg maupun Pilpres 2024.
Kedua, elektabilitas AHY sebagai cawapres juga relatif tinggi. Jamiluddin mengatakan AHY hanya kalah dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto jika dibandingkan dengan sesama ketum partai.
“Jadi dilihat dari dua sisi tadi memang suka tidak suka Demokrat itu lebih menjual dalam konteks mendulang suara,” ujarnya.
Lobi agar Pilpres satu putaran
Pengamat politik Universitas Andalas Asrinaldi mengatakan peluang Demokrat dan PDIP berkoalisi tipis. Apalagi menyandingkan Ganjar dengan AHY. Pasalnya, PDIP memiliki target untuk memenangkan Pilpres tiga kali berturut-turut, sehingga tak asal pilih cawapres untuk Ganjar.
“Dilihat tiba-tiba saja agenda besar mereka berdua itu untuk mendudukkan AHY sebagai wakilnya Ganjar saya pikir kecil peluangnya dan PDIP pun enggak mau sembarang pilih karena mereka juga harus menang untuk hattrick. Itu target mereka juga,” kata Asrinaldi.
Menurutnya, pertemuan Puan dan AHY merupakan upaya PDIP membujuk SBY agar Demokrat mendukung Ganjar, sehingga Pilpres bisa digelar dalam satu kali putaran.
“Saya lihat agenda dari PDIP itu memang agenda utama yang mereka wacanakan dulu satu putaran, itu kan sebetulnya agenda yang ditolak oleh SBY. Sekarang dibujuk betul SBY untuk menyerahkan AHY. Artinya mendukung,” ucap Asrinaldi.
Ia menyebut Ganjar sulit untuk disandingkan dengan AHY lantaran segmen pemilih AHY jauh lebih sedikit. PDIP, kata dia, akan lebih untung jika memilih Sandiaga Uno sebagai cawapres Ganjar. Sebab, elektabilitas Sandiaga lebih tinggi dari AHY.
“Sebenarnya target PDIP itu hanya menarik kemudian menjanjikan portofolionya jabatan di Kementerian atau jabatan di kabinet. kemudian pemilihan satu putaran itu peluang untuk Ganjar besar,” ujarnya.
“Tapi kalau seandainya tiga pasang calon kemudian maju Anies juga ya ada dua putaran menurut saya akan terjadi. Dan itu membuat PDIP melemah menghadapi putaran kedua,” sambungnya.
Asrinaldi mengatakan kedekatan Demokrat dengan PDIP adalah tantangan bagi Koalisi Perubahan yang beranggotakan Demokrat, Nasdem, dan PKS. Ia berujar jika koalisi itu bubar, maka Demokrat tak lagi mendapat simpati dari masyarakat.
“Demokrat partai yang memang hanya memikirkan kepentingan politiknya tanpa memikirkan rakyat. Kan ada kelompok di dalam masyarakat yang menginginkan calon diusulkan oleh partai koalisi perubahan,” ucapnya.
“Tapi kalau Demokrat bergabung dengan PDIP itu akan berubah konfigurasi pencalonan itu dan bisa batal. Kalau itu terjadi Partai Demokrat bisa bunuh diri, orang enggak simpati, bisa turun suaranya,” imbuhnya.
Sumber: CNN Indonesia